Pemeriksaan Sputum

   Pengertian Sputum
  https://putraprabu.files.wordpress.com/2008/12/batuk-tbc.jpg?w=468
 Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut Biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian (Dorland, 1992).

 Sputum, dahak, atau riak adalah sekret yang dibatukkan dan berasal dari tenggorokan, hidung atau mulut. Perbedaan ini hendaknya dijelaskan kepada pasien yang dahaknya akan diperiksa.

 Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistennya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.

 Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
 
Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan sputum lebih kental dan tidak terdapat gelembung busa di atasnya, sedangkan cairan sputum yang bercampur air liur encer dan terdapat gelembung busa di atasnya. Sputum diambil dari saluran nafas bagian bawah sedangkan sputum yang bercampur air liur diambil dari tenggorokan.

 Jenis Pemeriksaan Sputum 

1)      Pewarna gram :
Pemeriksaaan dengan pewarnaan gram dapat memberikan informasi tentang jenis mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif.
2)      Kultur Sputum :
Pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi organisme spesifik guna menegakkan diagnosis definitif.
3)      Sensitivitas :
Pemeriksaan sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat dalam sputum.
4)      Basil tahan asam (BTA) :
Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukan adanya Mycobacterium tuberculosa, yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh alkohol asam
5)      Sitologi :
Pemeriksaan sitologi ditujukan untuk mengidentifikasi adanya keganasan (karsinoma) pada paru-paru. Sputum mengandung runtuhan sel dari percabangan trakheobronkhial; sehingga mungkin saja terdapat sel-sel malignan. Sel-sel malignan menunjukkan adanya karsinoma, tidak terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor yang terdapat tidak meruntuhkan sel.
6)      Tes Kuantitatif :
Pengumpulan sputum selama 24 sampai 72 jam. Pemeriksaan kualitatif harus sering dilakukan untuk menentukan apakah sekresi merupakan saliva, lendir, pus, atau bukan. Jika bahan yang diekspektorat berwarna kuning-hijau biasanya menandakan infeksi parenkim paru (pneumonia). Untuk pemeriksaan kualitatif, klien diberikan wadah khusus untuk mengeluarkan sekret. Wadah ini ditimbang pada akhir 24 jam. Jumlah serta karakter isinya dicatat dan diuraikan.

 Manfaat Pemeriksaan Sputum 
Pemeriksaan sputum bersifat mikroskopik dan penting untuk diagnosis etiologi berbagai penyakit pernapasan. Pemeriksaan mikroskopik dapat menjelaskan organism penyebab penyakit pada berbagai pneumonia bacterial, tuberkulosa, serta berbagai jenis infeksi jamur. Pemeriksaan sitologi eksfoliatif pada sputum dapat membantu diagnosis karsinoma paru-paru. Sputum dikumpulkan untuk pemeriksaan dalam mengidentifikasi organisme patogenik dan menentukan apakah terdapat sel-sel malignan atau tidak.

 Aktifitas ini juga digunakan untuk menkaji sensitivitas (di mana terdapat peningkatan eosinofil). Pemeriksaan sputum secara periodik mungkin diperlukan untuk klien yang mendapat antibiotik, kortikosteroid, dan medikasi imunosupresif dalam jangka panjang, karena preparat ini dapat menimbulkan infeksi oportunistik. Secara umum, kultur sputum digunakan dalam mendiagnosis untuk pemeriksaan sensitivitas obat dan sebagai pedoman pengobatan. Jika sputum tidak dapat keluar secara spontan, klien sering dirangsang untuk batuk dalam dengan menghirupkan aerosol salin yang sangat jenuh, glikol propilen yang mengiritasi, atau agen lainnya yang diberikan dengan nebulizer ultrasonic. 

Cara Pemeriksaan Sputum 

1)   Perlengkapan
  1. Wadah specimen steril dengan penutup,
  2. Sarung tangan disposable (bila membantu klien),
  3. Disinfektan dan alat pengusap, atau sabun cair dan air,
  4. Handuk kertas,
  5. Label yang berisi lengkap,
  6. Slip permintaan laboratorium yang terisi lengkap,
  7. Obat kumur.
2)   Persiapan
Tentukan metode pengumpulan dan kumpulkan peralatan yang sesuai.
3)   Pelaksanaan
  1. Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk perawatan atau terapi selanjutnya. Berikan informasi dan instruksi berikut pada klien:
a) Tujuan pemeriksaan, perbedaan antara sputum dan saliva, dan cara mendapatkan     spesimen sputum,
b)   Jangan menyentuh bagaian dalam wadah specimen,
c)   Untuk mengeluarkan sputumlangsung ke dalam wadah sputum,
d)  Untuk menjaga bagian luar wadah tidak terkena sputum, bila memungkinkan,
e)  Cara memeluk bantal secara kuat pada insisi abdomen bila klien merasa nyeri                  saat batuk,
f) Jumlah sputum yang diperlukan (biasanya 1-2 sendok the (5-10 ml) sputum cukup    analisis),
g)   Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain yang sesuai.
     2. Berikan privasi klien.
     3. Berikan bantuan yang diperlukan untuk mengumpulkan specimen.
a) Bantu klien mengambil posisi berdiri atau duduk (mis., posisi Fowler-tinggi atau- semi atau pada tepi tempat tidur atau kursi). Posisi ini memungkinkan ventilasi dan ekspansi paru yang maksimum.
b) Minta klien untuk memegang bagian luar wadah sputum, atau, untuk klien yang tidak dapat melakukannya, pasang sarung tangan dan pegang bagian luar wadah tersebut untuk klien.
c) Minta klien untuk bernapas dalam dan kemudian membatukan sekresi. Inhalasi yang dalam memberikan udara yang cukup untuk mendorong sekresi keluar dari jalan udara ke dalam faring.
d) Pegang wadah sputum sehingga klien dapat mengeluarkan sputum ke dalamnya, pastikan sputum tidak kontak dengan bagian luar wadah. Memasukan sputum ke dalam wadah akan mencegah penyebaran mikroorganisme ke tempat lain.
e) Bantu klien untuk mengulang batuksampai terkumpul jumlah sputum yang cukup.
f) Tutup wadah segera setelah sputum berada di dalam wadah. Menutup wadah akan mencegah penyebaran mikroorganisme secara tidak sengaja ke tempat lain.
g) Bila sputum mengenai bagian luar wadah, bersihkan bagian luar dengan disinfektan. Beberapa institusi menganjurkan untuk membersihkan seluruh bagian luar wadah dengan sabun cair dan air dan kemudian mengeringkannya dengan handuk kertas.
h) Lepas dan buang sraung tangan.
     4. Pastikan klien merasa nyaman.
a) Bantu klien untuk membersihkan mulutnya dengan obat kumur, bila dibutuhkan.
b) Bantu klien mengambil posisi nyaman yang memungkinkan ekspansi paru secara maksimal, bila diperlukan.
     5. Beri label dan bawa spesimen ke laboratorium.
a) Patikan informasi yang benar tertulis pada label dan slip permintaan laboratorium. Tempelkan label dan lampirkan perimintaan laboratorium pada wadah spesimen. Identifikasi dan/atau informasi yang tidak akurat pada wadah spesimen dapat membuat kesalahan diagnosis atau terapi.
b) Atur agar specimen dikirim segera ke laboratorium atau di dinginkan. Kultur bakteri harus segera dimulai sebelum organisme yang mengkontaminasi tumbuh dan berkembang baik sehingga memberikan hasil positif palsu.
     6. Dokumentasikan semua informasi yang relevan.
a. Dokumentasikan pengumpulan spesimen sputum pada catatan klien. Pendokumentasian meliputi jumlah, warna, konsistensi (kental, lengket, atau encer), adanya hemoptisis (darah pada sputum), bau sputum, tibdakan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan sputum (mis., drainase postural), jumlah sputum yang dihasilkan secara umum, adanya ketidaknyamanan yang dialami klien. 

 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemeriksaan Sputum 

Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Atau juga bisa diambil sputum sewaktu.
Waktu yang diperlukan untuk pengambilan sputum adalah 3 kali pengambilan sputum dalam 2 kali kunjungan, yaitu Sputum sewaktu (S), yaitu ketika penderita pertama kali datang; Sputum pagi (P) , keesokan harinya ketika penderita datang lagi dengan membawa sputum pagi ( sputum pertama setelah bangun tidur), Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di laboratorium, penderita diminta mengeluarkan sputumnya lagi.

Pengambilan sputum pada pasien tidak boleh  menyikat gigi. Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum pengambilan sputum. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu (bila ada). Sputum diambil dari batukkan pertama (first cough). Cara membatukkan sputum dengan Tarik nafas dalam dan kuat (dengan pernafasan dada) batukkan kuat sputum dari bronkus trakea mulut wadah penampung. Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan berpenutup (Screw Cap Medium).

Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air liur/saliva, maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum. Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus seperti : darah dan unsur-unsur lain. Bila sputum susah keluarkan lakukan perawatan mulut Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril guayakolat (expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis saat malam sebelum pengambilan sputum.
Tehnik Lain Untuk Mengeluarkan Sputum :

Bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil secara:

 a.      Aspirasi transtracheal (transtracheal aspirasi atau cuci transtracheal).
Teknik untuk mengumpulkan sampel dari eksudat bronkial untuk pemeriksaan histologis dan mikrobiologi. Sebuah jarum dimasukkan melalui kulit di atasnya trakea dan melalui ligamentum krikotiroid. Sebuah kateter dimasukkan ke dalam trakea dan diteruskan ke tingkat bifurkasi trakea. Indikasi :        
Injeksi Transtracheal dilakukan untuk memblokir saraf laring berulang untuk laringoskopi terjaga, serat optik dan  atau intubasi retrograd. Penghapusan tanggapan gag refleks atau hemodinamik untuk laringoskopi atau bronkoskopi. Digunakan untuk membantu menghindari Valsava seperti tegang yang dapat mengikuti yang lain "terjaga" intubasi (pasien dibius dan ventilasi spontan).

 b.      Bronchial lavage (Bronchoalveolar lavage)    

 Bronchoalveolar lavage (BAL) merupakan prosedur medis dimana bronkoskop dilewatkan melalui mulut atau hidung ke paru-paru dan cairan yang disemprotkan ke bagian kecil dari paru-paru. Biasanya dilakukan untuk mendiagnosa penyakit paru- paru. Secara khusus, umumnya digunakan untuk mendiagnosa infeksi pada orang dengan masalah sistem kekebalan tubuh, pneumonia pada orang pada ventilator, beberapa jenis kanker paru-paru, dan jaringan parut pada paru-paru (penyakit paru interstitial). cara paling umum untuk sampel komponen cairan lapisan epitel (ELF) dan untuk menentukan komposisi protein saluran udara paru, dan sering digunakan dalam penelitian imunologi sebagai sarana sel sampling atau tingkat patogen di paru-paru. Contoh ini termasuk sel T dan tingkat populasi virus influenza. 

 c. Lung biopsy       

 Biopsi paru adalah prosedur untuk mendapatkan sampel kecil jaringan paru-paru untuk pemeriksaan. Jaringan biasanya diperiksa di bawah mikroskop, dan dapat dikirim ke laboratorium mikrobiologi untuk kultur. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan oleh ahli patologi. Biopsi adalah pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit atau mencocokkan jaringan organ sebelum melakukan transplantasi organ. Resiko yang dapat ditimpulkan oleh kesalahan proses biopsi adalah infeksi dan pendarahan. Jaringan yang akan diambil untuk biopsi dapat berasal dari bagian tubuh manapun, di antaranya kulit, perut, ginjal, hati , dan paru- paru. 

 Interpretasi Pemeriksaan Sputum 

Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri. 

Klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya :
1) Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus, atau saluran hidung, bukan berasal dari saluran napas bagian bawah.
2) Sputum banyak sekali&purulen → proses supuratif (eg. Abses paru)
3) Sputum yg terbentuk perlahan&terus meningkat → tanda bronkhitis/ bronkhiektasis
4) Sputum kekuning-kuningan → proses infeksi.
5) Sputum hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dalam sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
6) Sputum merah muda&berbusa → tanda edema paru akut.
7) Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.
8) Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.
 
Sedangkan bagi interpretasi untuk penyakit TBC, berdasar hasil pemeriksaan dahak  (BTA), TB paru dibagi atas:
a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak  menunjukkan hasil BTA positif
b) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak  menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
c) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak  menunjukkan BTA positif dan biakan positif
b. Tuberkulosis paru BTA (-)
a) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif
b) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M. tuberculosis positif

0 komentar: